KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
segala puji bagi Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi beserta isi keduanya. Dialah yang telah
menganugrahkan Al-qur’an sebagai Hudan lin naas dan rahmatan lil ‘alamin. Dialah yang Maha
mengetahui makna dan maksud kandungan Alqur’an . Menjadikan Al-Quran
sebagai pedoman bagi kita semua. Yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “PERENCANAAN METODE PEMBELAJARAN ”
Shalawat
dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW. Utusan dan manusia
pilihan-Nya. Sebagai perintis ilmu bagi kita umat manusia.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Banda Aceh, Januari 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB
I: PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
BAB II: PEMBAHASAN................................................................................... 3
PERENCANAAN METODE PEMBELAJARAN ...... .............. 5
A. Metode Mengajar dan Prinsip-Prinsip
Belajar ......................... 6
B. Metode Mengajar Berkadar CBSA dan
Keterampilan Proses.. 7
C. Dasar Pertimbngan Pemilihan Metode Mengajar........................ 8
D. Pemilihan Metode Mengajar Berdampak
Langsung dan Pengiring
..........................................................................................................
9
E. Macam-Macam Metode Interaksi Edukatif
atau Mengajar.......... 10
BAB III: PENUTUP........................................................................................... 17
A. Kesimpulan ....................................................................................... ..... 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang masalah
Dalam
hal pengajaran, metode mengajar itu sangat penting untuk dimiliki oleh seorang
pendidik, karena dengan metode yang efektif dan tepat maka mata pelajaran yang
akan disampaikan itu akan berjalan dengan lancar. Selain itu kelancaran materi
ajar tergantung pada bagaimana seorang pendidik menerapkan materinya kepada
anak didik serta bagaimana model/ cara memahamkan materi tersebut. Kebanyakan
saat pelajaran akan dimulai dari sebagian anak didik ada yang tidak serius,
gaduh, ada yang bermain-main dan lain sebagainya. Kadang pada waktu guru datang
mengucapkan salam, maka anak didik menjawab dengan bermacam-macam, tetapi jelas
di sini menunjukkan tidak adanya suasana belajar yang sungguh-sungguh.
Metode
pengajaran dalam pendidikan agama Islam perlu mencakup pembinaan psikomotor,
kognitif, afektif dan ketrampilan. Namun dalam bagian afektif inilah yang
paling rumit dan sering dikeluhkan oleh para pendidik khususnya materi agama,
karena menyangkut pembinaan rasa aman, dan rasa beragama.
B. Rumusan
masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah
ini adalah :
1. Apa saja metode yang cocok digunakan
untuk menyampaikan materi terutama materi dalam pengajaran pendidikan agama
Islam?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui: metode-metode
yang cocok digunakan untuk menyampaikan materi terutama materi dalam pengajaran
pendidikan agama Islam agar lebih luwes dalam menyampaikan materi ajarnya. Dan
untuk anak didik agar mudah memahami materi yang diajarkan oleh pendidiknya.
BAB II
PEMBAHASAN
PERENCANAAN METODE PEMBELAJARAN
Para ahli menganggap metodologi
pengajaran sebagai ilmu bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses pengajaran. Ia memang
bersifat netral dan umum, tidak diwarnai oleh sutau bidang pun. Tetapi
mengandung unsur-unsur inovatif, karena memberi alternatif lain yang dapat
dipergunakan di dalam kelas. Karena itu ilmu-ilmu itu bersifat luwes.
Penggunaannya didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Selalu berorientasi pada tujuan;
2. Tidak hanya terikat pada satu alternatif
saja;
3. Kerap digunakan sebagai suatu kombinasi
dari berbagai metode, serta
4. Kerap dipergunakan berganti-ganti dari
satu metode ke metode lainnya.
Untuk memilih metode mengajar tidak bisa
semabarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut
dipertimbangkan.misalnya seperti yang dikemukakan oleh Winano Surakhman (1979)
sebagai berikut:
a. Tujuan dengan berbagai jenis dan
fungsinya.
b. Anak didik dengan berbagai tingkat
kematangannya.
c. Situasi denagn berbagai keadaannya.
d. Fasilitas dengan berbagai kualitas dan
kuantitasnya.
e. Pribadi guru serta kemampuan profesinya
yang berbeda-beda.
Karena banyaknya mata pelajaran maka
tujuan untuk setiap mata pelajaran pun berbeda-beda pula. Hal ini memungkinkan
seorang guru untuk memilih metode untuk mencapai tujan tersebut. Pemilihan
metode yang salah akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran. Guru jangan sesuka
hati memilih metode, ia harus berpedoman pada tujuan pembelajaran.
A. Metode Mengajar dan Prinsip-Prinsip
Belajar
Hubungan metode mengajar dengan
prinsip-prinsip belajar atau asas-asas belajar sangat erat. Kerelevansian
metode mengajar denagn prinsip-prinsip belajar akan dapat membangkitkan gairah
belajar anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Mansyur (1991: 45)
mengatakan, bahwa metode mengajar erat kaitannya dengan prinsip-prisip belajar.
Sebagai pendukung pendapatnya, dia mengemukakan rumusan sebagai berikut:
1. Metode Mengajar dan Motivasi
Jika bahan pelajaran disajikan dengan
menarik besar kemungkinan motivasi belajar anak didik akan semakin meningkat.
Motivasi berhubungan erat dengan emosi, minat, dan kebutuhan anak didik.
Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi
yang datang dari dalam diri anak didik, disebut “motivasi intrinsik”, dan
motivasi yang diakibatkan dari dalam diri anak didik, disebut “motivasi
enstrinsik”. Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan mendorong rasa ingin
tahu, keinginan mencoba, dan sikap mandiri anak didik.
2. Metode Mengajar dan Aktivitas Anak Didik
Apabila dalam kegiatan interaksi
edukatif terdapat keterlibatan intelek-emosional anak didik, biasanya
intensitas keaktifan dan motivasi akan meningkat sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan efektif.
Guru di dalam interaksi edukatif diharapkan
bener-benar menerapkan aktifitas anak didik, yaitu belajar sambil bekerja
(learning by doing). Melkaukan aktifitas
bekerja adalah bentuk pernyataan dari anak didik bahwa pada hakikatnya belajar
adalah perubahan yang terjadi setelah melakukan aktifitas atau bekerja. Pada
kelas- kelas rendah disekolah dasar, aktifaitaas itu dapat dilakukan sambil
bermain. Seperti anak kelas satu dalam belajar abjad dan bagian-bagian tubuh
dilakukan sambil bernyanyi.
Proses interkasi edukatif di atas
menerapkan prinsip belajar sambil bermain. Kegiatan belajar akan lebih berhasil
dalam situasi bermain, anak didik akan aktif, senang gembira, kreatif, serta
tidak mengikat.
3. Metode Mengajar dan Perbedaan Individual
Tidak tepat bila guru menyamakan semua
anak didik. Seorang anak didik yang hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh.
Lalu semua anak diidk yang hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh. Hal itu
belum tentu. Mungkin disebabkan kesehatannya terganggu, tidak ada kesempatan
untuk belajar, sarana belajar kurang, dan sebagainya. Secara garis besar setiap anak didik
mempunyai tipe yang berbeda seperti tipe
penglihatan (visual), tipe pendengaran (auditif), tipe perabaan (taktil), tipe
gerakan (motorik), dan tipe campuran.
4. Metode Mengajar dan Umpan Balik
Dalam proses interaksi edukatif di
perlukan umpan balik, seperti:
a. Umpan balik tentang kemampuan peserta
latihan (seperti yang dilihat oleh peserta latihan lainnya, oleh pelatih dan
oleh peserta itu sendiri).
b. Umpan balik tentang daya serap.
5. Metode Mengajar dan Pengalihan
Pendidikan dan latihan membantu anak
didik untuk mengalihkan (trasfer) hasil belajarnya kedalam situasi-situasi yang
nyata.
6. Metode Mengajar dan Penyusunan Pemahaman
yang Logis dan Psikologis
Metode-metode tertentu lebih serasi
untuk memberikan informasi mengenai bahan pelajaran atau gagasan baru atau
untuk menguraikan dan menjelaskan susunan suatu bidang yang luas dan kompleks.
B. Metode Mengajar Berkadar CBSA dan
Keterampilan Proses
Bagi guru perlu mempertimbangkan kadar ke-CBSA-an suatu metode mengajar dan
pendekatan yang diperlukan selama pelajaran berlangsung. Dalam pendiidkan dan
pengajaran diakui, bahwa metode-metode mengajar mempunyai kadar ke-CBSA-an yang
bervariasi, mulai drai kadar terendah hingga kadar tertinggi.
Berdasarkan perbedaan kadar ke-CBSA-an
ini dapat diklafisikasikan pendekatan yang dilakukan dalam mengajar. Hal ini
berarti bila guru memilih suatu metode, maka secara otomatis guru dituntut
untuk memilih pendekatan yang diharaapkan secara efektif mendukung perencanaan
yang ditunjukan oleh metode.
C. Dasar Pertimbngan Pemilihan Metode Mengajar
Ada beberapa faktor yang harus dijadikan
dasar pertimbangan pemilihan metode mengajar. Diantaranya:
1. Berpedoman pada Tujuan
Tujuan adalah keinginan yang hendak
dicapai dalam setiap kegiatan interkasi edukatif. Tujuan mampu memberikan garis
yang jelas dan pasti kemanaa kegiatan interaksi edukatif harus dibawa. Tujuan
dapat memmberikan pedoman yang jelas bagi guru dalam mempersiapkan segala sesuatu
dalam pengajaran, termasuk pemilihan metode.
2. Perbedaan Individual Anak didik
Perbedaan individual anak didik perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan metode mangajar. Aspek-aspek perbedaan anaka
didik yang perlu dipegang adalah aspek biologis, intelektual dan psikologis.
3. Kemampuan Guru
Kemampuan guru bermacam-macam,
disebabkan latar belakang pendidikan dan pengalaman belajar. Seorang guru
dengan latar belakang pendidikan
keguruan akan lain kemampuannya dibandingkan dengan seseorang dengan latar
belakang pendidikan bukan keguruan.
4. Sifat Bahan Pelajaran
Setiap mata pelajaran mempunyai sifat
masing-masing. Paling tidak sifat mata pelajaran mudah, sedang, dan sukar.
Ketiga sifat ini tidak bisa diabaikan begitu saja dalam mempertimbangkan
pemilihan metode mengajar.
5. Situasi Kelas
Situasi kelas adalah sisi lain yang
patut diperhatikan dan dipertimbangkan guru ketika akan melakukan pilihan
terhadap metode mengajar.
6. Kelengkapan Fasilitas
Penggunaan metode perlu dukungan
fasilitas. Fasilitas yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik metode
mengajar yang akan dipergunakan.
7. Kelebihan dan Kelemahan Metode
Setiap metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Dua sisi ini perlu diperhatiakn guru. Jumlah anak didik di kelas
dan kelengkapan fasilitas mempunyai andil tepat atau tidaknya suatu metode dipergunakan
untuk membantu proses pengajaran.
D. Pemilihan Metode Mengajar Berdampak
Langsung dan Pengiring
Metode mengajar yang digunakan guru
hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu
dekat dan dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan waktu dekat
dikataakan sebagai dampak langsung (intructinal effects, efek intruksional atau
tujuan intruksional). Sedangkan hassil yang dirasakan dalam waktu lama
dikatakan sebagai dampak pengiring (nurturant effects, efek pengiring atau
tujuan pengiring.
Dampak langsung adalah tujuan yang
secara langsung akan dicapai melalui pelaksanaan program pengajaran yang
dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan peristiwa interaksi edukatif.
Hasil yang akan dicapai biasanya berkenaan dengan cognitif domain (pengetahuan)
dan psychomotor domain (keterampilan). Kedua domain atau bidang itu dapat
diukur secara konkret, pasti, dan karenanya dapat langsung dicapai ketika itu.
Dampak pengiring adalah hasil pengajaran
yang tidak langsung dapat diukur dan tidak mesti dapat dicapai ketika
berakhirnya suatu pertemuan peristiwa interaksi edukatif, tetapi hasilnya
diharapkan dapat berpengaruh kepada anak didik dan dapat mengiring atau
menyertai belakangan, memerlukan waktu, dan atau harapan pertemuan-pertemuan
peristiwa interaksi edukatif selanjutnya.
Bbiasanya dampak pengiring ini berkenaan
dengan affective domain (sikap dan nilai). Dengan demikian, dampak pengiring
ini hasilnya berupa sikap dan nilai atau merupakan dimana anak didik dapat
meniru (modelling), tertulari (contagion), dan dirembesi ( osmosisi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari kondidsi belajar, yang diprogramkan
oleh guru maupun yang tidak diprogramkan oleh guru.
E. Macam-Macam Metode Interaksi Edukatif
atau Mengajar
1. Metode Proyek
Metode proyek atau unit adalah cara
penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masaalah, kemudian dibahas
dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahanya secara keseluruhan dan
bermakna.
Metode proyek adalah suatu cra mengajar
yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit
kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik
tertarik untuk belajar.
Prinsip metode proyek adalah membahas
suatu unit bahan pelajaran, ditinjau dari mata pelajaran lain.
a. Kelemahan Metode Proyek
1. Dapat merombak pola pikir anak didik
dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan;
2. Melalui metode ini, anak didik dibina
dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan
terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kekurangan Metode Proyek
1. Kurikulum yang berlaku dinegara kita
saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksaan
metode ini.
2. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan
dan pelaksaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru
sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
3. Harus dapat memilih topik unit yang
tepat sesuai dengan kebutuhan anak didik, cukup fasilitas dan memiliki
sumber-sumber belajar yang diperlukan; dan
4. Bahan pelajaran sering menjadi luas
sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
2. Metode Eksprimen
Metode eksprimen adalah metode pemberian
kesempatan kepada anak didik perorangan atau perkelompok, untuk dilatih
melakukan suatu proses atau percobaan. [1]Metode
eksprimen langsung melibatkan para siswa melakukan percobaan untuk mencari
jawaban terhadap permasalahan yang diajukan.[2]
3. Metode Pemberian Tugas dan Retasi
Pemberian tugas dengan arti guru
menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambah tugas-tugas
seperti dengan mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan. Dengan
demikian pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik
selesaikan tanpa terikat dengan tempat.
Pemberian tugas belajar biasanya
dikaitkan dengan resitasi. Resitasi adalah suatu persoalan yang bergayut dengan
masalah pelaporan anak didik setelah mereka selesai melakukan suatu tugas.
4. Metode
Diskusi
Metode diskusi pada dasanya adalh
bertukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan
maksud untuk mendapat pengerftian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat
tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas[3].
Diskusi adalah memberikan alternatif
jawaban untuk membantu meemcahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan
persoalan yang didiskusikan harus secara mendalam. Dalam diskusi guru menyuruh
anak diidk memilih jawaban yang tepat dari banayk kemungkinan alternatif
jawaban[4].
5. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran ialah suatu cara
penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan oleh anak didik dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Dengan kegiatan memerankan
ini akan memebuat anak didik lebig meresapi perolehannya.
6. Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama adalah cara mengajar
yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan
peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan sosial).
7. Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu metode yang
digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran. Metode ini menghendaki guru lebih aktif
daripada anak didik. Karena memang gurulah yang memperlihatkan sesuatu kepada
anak didik.
8. Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah suatu cara
penguasaan bahan pelajaran oleh para anak didik dengan jalan membawa mereka
langsung berhadapan degan objek di luar kelas atau di lingkungan kehidupan
nyata, agar mereka dapat mengamati atau memahami secara langsung.
9. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah suatu cara
penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh
anak didik. Dengan metode ini antara lain dapat dikembangkan keterampilan
mengamati, menginterpretasi, mengklassifikasikan, membuat kesimpulan,
menerapkan, dan mengkomunikasikan.
10. Metode Latihan
Metode latihan disebut juga metode
training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasan-kebiasaan
tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasan-kebiasaan yang baik.
Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperolah suatu ketangkasan,
ketepatan, kesempatan dan keterampilan.
11. Metode Bercerita
Metode bercerita adalah suatu cara mengajar dengan
bercerita. Pada hakikatnya metode bercerita sama dengan metode ceramah. Karena
informasi disampaikan melaului penuturan atau penjelasanlisan dari seseorang
kepada orang lain.[5]
12. Metode problem solving
Adalah
cara mengajar yang dilakukan dengan jalan melatih para murid menghadapi
berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau bersama-sama.[6]
Adapun model pemecahan masalah yang ditawarkan oleh John Dewey adalah:
1. Merumuskan masalah;
2. Menelaah masalah;
3. Merumuskan hipotesis;
4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data
sebagai bahan pembuktian hipotesis;
5. Pembuktian hipotesis;
6. Menetukan pilihan penyelesaian.
Sedangkan menurut David Johnson dan
Johnson adalah:
1. Mendefinisikan masalah
2. Mendiagnosis masalah
3. Merumuskan alternatif strategi
4. Menentukan dan menerapkan strategi
Selain metode-motode yang telah
dijelaskan diatas ada juga metode-metode pengajaran yang lebih bersifat kepada
PAI. Walaupun demikian, Pendidikan Agama Islam proses pembelajarannya tidak
terlepas dari metode-metode yang umum yang telah dijelaskan diatas.
Adapun metode-metode pengajaran yang
sifatnya lebih kepada Pendidikan Agama Islam, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1.
Metode Mutual Education
Adalah
suatu metode mendidik secara kelompok seperti yang dicontohkan oleh Nabi SAW, misalnya praktek sholat
berjama’ah.
2. Metode Pendidikan Dengan Cara Instruksional
Adalah
mengajarkan tentang ciri-ciri orang yang beriman dalam bersikap dan bertingkah
laku agar mereka dapat mengetahui bagaimana seharusnya mereka bersikap dan
berbuat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Metode Bercerita
Adalah
mengisahkan peristiwa atau sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut
ketaatan dan kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah Tuhan yang dibawakan
oleh Nabi SAW yang hadir ditengah-tengah mereka.
4. Metode Bimbingan Dan Penyuluhan
Adalah
dimana manusia akan mampu mengatasi segala bentuk kesulitan hidup yang dihadapi atas dasar iman dan taqwanya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Metode Pemberian, Contoh, Atau Teladan
Dimana
Allah menunjukkan contoh keteladan dari kehidupan Nabi Muhammad SAW yang mengandung nilai paedagogis
bagi manusia. Selain itu anak didik cenderung meneladani pendidiknya dan secara
paedagogis anak memang senang meniru baik itu yang baik maupun yang buruk.
7. Metode Imstal/Perumpamaan
Metode
ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang kekuasaan Tuhan dalam
menciptakan hal-hal yang haq dan yang bathil. Contoh perumpamaan: “orang-orang
yang berlindung kepada selain Allah SWT adalah seperti laba-laba yang membuat
rumah”. Padahal rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba.
8. Metode
Targhib Dan Tarhib
Targhib adalah janji terhadap kesenangan
dan kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Sedangkan tarhib adalah
ancaman karena dosa yang dilakukan. Hal ini tidak sama dengan metode ganjaran
dan hukuman, adapun perbedaannya adalah:
No
|
Targhib dan Tarhib
|
Ganjaran dan hukuman
|
1
|
Lebih teguh
|
Bersandar pada dunia
|
2
|
Mengandung aspek iman
|
Tidak mengandung aspek iman
|
3
|
Secara operasional mudah
dilaksanakan
|
Harus ditemukan sendiri oleh guru
|
4
|
Lebih universal, karena bagi siapa
dan kapan saja
|
Disesuaikan orang dan tempat
tertentu
|
5
|
Lebih lemah kedudukannya.
|
Lebih nyata
|
10. Metode Taubat Dan Ampunan
Cara membangkitkan jiwa dari rasa
frustasi kepada kesegaran hidup dan optimisme dalam belajar seseorang, dengan
memberikan kesempatan bertaubat dari kesalahan/kekeliruan yang telah lampau
yang diikuti dengan pengampunan atas dosa dan kesalahan. Dengan cara ini orang
akan mengalami katarisasi (pembersihan batin) sehingga
memungkinkan timbulnya sikap dan perasaan mampu untuk berbuat yang lebih baik
dan diiringi dengan sikap optimisme dan harapan hidup dimasa depan.[8]
KESIMPULAN
Metode merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam proses belajar-mengajar. Tanpa metode proses belajar
mengajar tidak akan terjadi. Meskipun terkadang ada lembaga pendidikan yang menggunakan metode yang tidak tepat dalam
pengajaran, atau tidak sesuai sebagaimana yang dibutuhkan anak didik. Akan
tetapi metode tetap menjadi komponen terpenting dalam pengajaran.
Seorang guru/pendidik harus
profesional dalam memilih metode pengajaran. Guru tidak boleh mengajar hanya
berpaku kepada satu metode, akan tetapi harus memiliki banyak metode yang
bervariasi. Agar proses belajar mengajar tidak menoton, tidak membosankan,
sehingga anak didik mudah menerima
pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru.
Seorang
guru sangat tidak tepat apabila menyamakan kemampuan anak didik. Artinya,
ketika memilih metode pembelajaran guru
tidak boleh memilih metode yang dibutuhkan oleh seorang anak didik saja, atau
hanya bisa diterima oleh sabagian kecil, akan tetapi metode yang dipakai itu
sesuai dengan kebutuhan anak didik dalam katagori banyak, bukan dalam jumlah
sedikit. Karena sangat tidak adil apabila seorang guru hanya mementingkan
jumlah yang kecil. Sementara yang lainnya tidak mengerti. Secara garis besar
setiap anak didik mempunyai tipe yang
berbeda seperti tipe penglihatan (visual), tipe pendengaran (auditif), tipe
perabaan (taktil), tipe gerakan (motorik), dan tipe campuran.
Seperti yang telah dijelaskan
diatas, banyak sekali metode pembelajaran yang bisa digunakan guru dalam
penyampaian materi belajar.
Dalam memilih metode pembelajaran ada
beberapa faktor yang harus
dieprtimbangkan, yaitu, sebagai berikut:
a. Tujuan dengan berbagai jenis dan
fungsinya.
b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya.
c. Situasi denagn berbagai keadaannya.
d. Fasilitas dengan berbagai kualitas dan
kuantitasnya.
e. Pribadi guru serta kemampuan profesinya
yang berbeda-beda.
REFERENSI
Syaiful
Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, cetakan
pertama, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Ibrahim
Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, cetakan kedua, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Alimpandie, Imansyah. Didaktik
Metodik, Surabaya: Usaha Nasional,
tt.
Gulo, W. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo, 2004.
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan
Islam II. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.
[1] Syaiful Bahri djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif, cet.pertama, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 197
[2] Ibrahim Nana Syaodih, Perencanaan
Pengajaran, cetakan kedua, (Jakarta, Rineka Cipta: 2003), hal. 107.
[3] Ibrahim Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran,... hal. 106.
[4] Syaiful Bahri djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif,... hal. 198.
[5] Ibid,.. hal. 204
Tidak ada komentar:
Posting Komentar