METODE BERMAIN PERAN (
ROLE
PLAYING )
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
REZA JUANDA (211020418)
FAKULTAS
TARBIAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2013
KATA PENGANTAR
بسم الله
الرحمن الرحيم
Assalam
mu’alaikum wr.wb.
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah
SWT karena dengan karunia–Nya yang telah
membimbing manusia dengan petunjuk-petunjuk-Nya, ssebagaimana terkandung dalam
Al-qur’an dan Al-hadis, petunjuk menuju kejalan yang lurus dan jalan yang ridhoi-Nya
dan penulis bersyukur kepada-Nya yang telah memudahkan penulis dalam
menyelesaikan makalah perencanaan Sistem PAI yang berjudul . ( Metode Bermain Peran ).
Shalawat beserta salam dihantarkan kejunjungan Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raganya dan
lainnya untuk tegaknya syi’ar islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini
masih terasa.
Adapun sebab pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
syarat dalam mata kuliah Perencanaan
Sistem Pai. saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan dan kekurangan yang perlu disempurnakan, karena terbatasnya ilmu
yang saya miliki. Namun demikian kami telah berupaya semaksimal mungkin.
Harapan saya laporan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Wassalam
mu’alaikum wr.
KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I :
PENDAHULUAN............................................................... 1
BAB II :
PEMBAHASAN.................................................................. 2
A. Pengertian
Metodelogi pembelajaran .............................. 2
B. Pengertian
Metode Saling Peran...................................... 5
C.
Prinsip-prinsip metode Saling Peran ................................ 6
D. Kelemahan dan
kelebihan Metode Saling Peran ............. 9
E. Tujuan Metode
Saling Peran ............................................ 13
BAB III : PENUTUP........................................................................... 15
A.
Kesimpulan ................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….
16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kenyataan sehari – hari sering
kita jumpai sejumlah guru yang menggunakan metode tertentu yang kurang atau
tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Akibatnya, hasilnya tidak
memadai, bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama pihak siswa dan
keluarganya, walaupun kebanyakan mereka tidak menyadari hal itu. Agar proses
belajar mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran,
guru sebaiknya menentukan pendekatan dan metode yang akan digunakan sebelum
melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu
harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi
objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan
menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna.
Dalam dunia pendidikan, kita banyak
mengenal berbagai macam ragam metode pengajaran,salah satunya metode sosiodarma
dan bermain peran.Memang untuk mrncapai tujuan pendidikan dengan baik guru
dituntut agar menguasai metode-metode pengajaran,sehingga selain tercapainya
tujuan,siswa dapat menerima,mencerna,paham dan mengerti pelajaran yang di
ajarkan.
Setiap metode mempunyai kelebihan
dan kekurangan masing-masing,namun yang penting untuk diperhatikan oleh seorang
guru,adalah ketepatan dalam memilih,menentukan mana diantara metode-metode itu
yang lebih tepat dan cocok diterapkan dalam situasi pengajaran,serta kemampuan
mengkombinasikan metode-metode yang telah di tetapkan itu secara harmonis dan
serasi. Dengan kata lain untuk menyaajikan pengajaran yang lebih menarik
perhatian/minat bagi anak didik,antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya
amatlah diperlukan dengan metode yang berbeda,bahkan diantara bahan-bahan
materi tertentupun memerlukan metode yang berlainan,meskipun masih di dalam
satu bedang studi tertentu.
Metode mengajar
merupakan cara yang digunakan guru dalam memebelajarkan siswa agar terjadi
interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode
mengajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam membentuk
pengalaman balajar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang.
Dalam kegiatan
belajar ini akan dikemukakan tantang konsep, karakteristik, prosedur,
keterbatasan, dan keunggulan metode mengajar simulasi yang mungkin banyak
digunakan oleh guru.
Penggunaan
metode mengajar yang didasarkan pada pembentukan kemampuan siswa, seperti
memiliki kreativitas. Setiap metode mengajar memiliki keunggulan dan kekurangan
sehingga hal tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih metode
tersebut. Kelemahan-kelemahan metode harus diantisipasi dan dikaji oleh guru agar
penggunaannya dapat efektif.
bermain peran menekankan pada
kenyataan di mana siswa diturutsertakan dalam memainkan peranan di dalam
mendramatisasikan masalah-masalah dalam hubungan sosial. Tujuan dari sosiodrama
dan bermain peran antara lain: (1) mengerti perasaan orang lain, (2) membagi
pertanggungjawaban dan memikulnya, (3) menghargai pendapat orang lain, (4)
mengambil keputusan dalam kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
Metode Bermain Peran ( Role Playing )
PEMBAHASAN
Metode Bermain Peran ( Role Playing )
1.
Pengertian
Metodologi Pengajaran
Lukman Ali
(1995 : 653) menjelaskan bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Mengutip
pendapat dari Sudjana (2000 : 76) yang mengemukakan bahwa cara yang digunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Oleh keran itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk
menciptakan proses belajar mengajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh
berbagai kegiatanbelajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan
kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan
sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik
jika siswa banyak yang aktif dibandingkan dengan guru oleh karenanya metode
mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.
Proses belajar mengajar yang baik dapat menggunakan berbagai jenis metode
mengajar secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain.
masing-masing metode ada kelemahan serta kelebihannya. Tugas guru adalah
memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat bergantung kepada tujuan,
isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar. Ditinjau dari segi
penerapannya, metode mengajar ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah
yang besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah yang kecil. Ada juga
yang tepat digunakan di dalam kelas atau di luar kelas.
Subari (1994 :
73) mengatakan metodologi pengajaran merupakan cabang dari didaktif atau ilmu
mengajar, oleh karena itu sering juga metodologi pengajarn disebut didaktik
khusus. Kata metodologi dibentuk dari dua kata yaitu “methodos” yang
artinya “jalan ke” sedangkan “logos” berarti “ilmu”.
Karena itu metodologi pengajaran dapat diartikan suatu ilmu yang memberikan
jalan menuju ke terjadinya proses belajar mengajar. Secara umum didaktik khusus
atau metologi pengajaran adalah bagian ilmu mengajar yang membicarakan berbagai
metode mengajar dan sistem penyampaian bah[1]an
pengajaran untuk semua bidang pengajaran serta cara mengajarkan atau
menyampaikan bidang pengajaran tertentu.
Lain halnya
dengan pendapat dari Sudjana (1989 : 86), dalam metode mengajar lebih
menekankan aktivitas belajar siswa secara bersama sehingga mengembangkan
hubungan sosial dalam pemecahan masalah belajar. Interaksi sosial siswa terjadi
dalam kelompoknya dan antara kelompok, oleh karena itu dalam metode mengajar
kelas harus di bagi atas dasar pertimbangan-pertimbangan tertentu.
2.
Pengertian
Bermain Peran
( Role Playing )
Pengertian bermain peran adalah salah satu bentuk
pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran
tertentu. Bermain pada anak merupakan salah satu sarana untuk belajar. Melalui
kegiatan bermain yang menyenangkan, anak berusaha untuk menyelidiki dan
mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang
lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya.
Bermain merupakan bagian terbesar dalam kehidupan
anak-anak untuk dapat belajar mengenal dan mengembangkan keterampilan sosial
dan fisik, mengatasi situasi dalam kondisi sedang terjadi konflik. Secara umum
bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara
spontan dan dalam suasana riang gembira. Dengan bermain berkelompok anak akan
mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimilikinya
sehingga dapat membantu pembentukkan konsep diri yang positif, pengelolaan
emosi yang baik, memiliki rasa empati yang tinggi, memiliki kendali diri yang
bagus, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
Bermain peran (role playing) merupakan sebuah
permainan di mana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan
berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi
tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan
aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditetapkan
dan ditentukan, asalkan tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, para pemain
bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permaian.
Santrock (1995: 272) menyatakan bermain peran (role play)
ialah suatu kegiatan yang menyenangkan. Secara lebih lanjut bermain peran
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan.
Role playing merupakan suatu metode bimbingan dan konseling kelompok yang
dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam
kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga siswa dapat mengenali
karakter tokoh seperti apa yang siswa peragakan tersebut atau yang menjadi
lawan mainnya memiliki atau kebagian peran seperti apa. Santrock juga
menyatakan bermain peran memungkinkan anak mengatasi frustrasi dan merupakan
suatu medium bagi ahli terapi untuk menganalisis konflik-konflik anak dan
cara-cara
mereka mengatasinya.
Ginnot (1961; dalam Eka, 2008) menyatakan bermain peran diyakini
sebagai sarana perkembangan potensi juga dapat dijadikan sebagai media terapi.
Terapi bermain peran khususnya merupakan pendekatan yang sesuai untuk melakukan
konseling dengan anak karena bermain adalah hal yang alami bagi anak. Melalui
manipulasi mainan, anak dapat menunjukkan bagaimana perasaan mengenai dirinya,
orang-orang yang penting serta peristiwa dalam hidupnya secara lebih memadai
daripada melalui kata-kata.
Ginnot (1961; dalam Eka, 2008) menegaskan bahwa bermain
peran merupakan seperangkat prosedur yang digunakan untuk melakukan konseling
dengan anak melalui penggunaan secara sistematis dari metode bermain,
permainan, dan alat permainan.
Van Fleet (2001) menyatakan bermain peran merupakan
intervensi yang dikembangkan yang berkaitan dengan penggunaan sistematis dari
metode bermain oleh seorang konselor untuk membawa peningkatan dalam kemampuan
siswa sampai penampilan yang optimal di sekolah. Bermain peran juga meliputi
penggunaan bermain secara sistematis untuk mengatasi kesulitan-kesulitan anak,
mengembangkan pola perilaku adaptif, mengendalikan diri siswa yang agresifnya
tinggi, meningkatkan kemampuan berempati, dapat mengelola emosi, dapat menjadi
individu yang bertanggung jawab, memiliki interpersonal skill yang bagus dan
dapat memecahkan masalah secara efektif dan bijaksana.
Corsini (1996), (Tatiek, 1989) menyatakan bahwa bermain
peran dapat digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis dan mengerti seseorang
dengan cara mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan
situasi-situasi atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.
Selain itu teknik bermain peran dapat digunakan sebagai media pengajaran
melalui proses modeling anggota kelompok dapat belajar lebih efektif
keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan interpersonal, dengan
mengamati berbagai macam cara dalam memecahkan masalah.
Kenneth (Sumber Lead Sabda) menyatakan bahwa teknik
bermain peran (role playing) merupakan teknik psikoterapi tahun 1930-an. Role
playing yang dapat membawa perubahan perilaku yang tidak baik menjadi baik dan
terarah.
Mulyasa (2004; dalam Asriyanti 2011) menyatakan empat
asumsi yang mendasari teknik bermain peran (role playing) dapat mengembangkan
perilaku yang baik dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan
model-model mengajar lainnya.
Sudjana (1989 :
61) menyatakan bermain peran / sosio drama adalah sandiwara tanpa naskah, tanpa
latihan lebih dulu sehingga dilakukan secara spontan, masalah yang didramakan
adalah mengenai situasi sosial.
Hamalik (2006 :
214) menjelaskan bahwa pengajaran berdasarkan pengalaman lainnya adalah bermain
peran karena pada umumnya siswa menyenangi penggunaan strategi ini karena
berkenaan dengan isu-isu sosial dan kesempatan komunikasi interpersonal di
dalam kelas. Di dalam bermain, peran guru menerima petan noninterpersonal di
dlam kela, siswa menerima karakter, perasaan, dan ide-ide orang lain dalam
situasi yang khusus.
Sudjana (2000 :
90), sosiodrama adalah bermain peranan yang ditujukan untuk menentukan
alternatif pemecahan masalah sosial.
Metode sosio
drama dan bermain peran merupakan salah satu metode dalam kegiatan belajar.
Metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk
menetapkan apakah suatu metode dapat disbeut baik, diperlukan patokan yang
bersumber dari beberapa faktor (Surakhmad, 1986 : 75).
Lain halnya
dengan Subari (1994 : 93) yang menjelaskan bahwa metode sosiodrama atau bermain
peran adalah mendramatisasi cara bertingkah laku di dalam hubungan sosial dan
menekankan penghayatan di mana para siswa turut serta dalam memainkan peranan
di dalam mendramatisasikan masalah-masalah sosial.
Jadi
dapat diambil kesimpulan Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan
bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih
dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Dalam metode
bermain peran unsul yang menonjol
adalah unsur hubungan sosial, dalam bermain peran menempatkan diri sebagai
tokoh atau pribadi tertentu misalnya sebagai pahlawan, petani, dokter, guru,
sopir, dan sebagainya (Semiawan, 1993 : 82).
Menurut
pendapat dari Shaftel dalam Rianto (2000 : 107) menyatakan bahwa metode bermain
peran diartikan sebagai suatu metode pemecahan masalah yang melibatkan dua
orang atau lebih untuk mengambil keputusan secara terbbuka dalam situasi yang
dilematis. Pemeranan diakhiri pada saat mencapai titik dilema dan masing-masing
pemeran bebas menganalisa apa yang terjadi melalui diskusi yang melibatkan para
pengamat untuk mencari pemecahannya.
Sosiodrama
adalah suatu kelompok yang bertindak memecahkan masalah terutama pemecahan
masalah yang berkenaan dengan hubungan antar insani. Masalah itu dapat
dihubungkan dengan kerja sama siswa di sekolah, keluarga, atau di masyarakat
umumnya. Sosiodrama memberikan kesematan kepada para siswa untuk menyelidiki
alternatif pemecahan masalah yang berkenaan dengan keluarga (Hamalik, 2002 :
138).
Oktaviani (2008)
menyatakan lima pengertian bermain di antaranya:
- Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak.
- Bermain tidak memiliki tujuan ekstrinsik namun motivasinya lebih bersifat intrinsik.
- Bersifat spontan dan sukarela tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak.
- Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.
- Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti misalnya: kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial, dan sebagainya.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa bermain peran / sosiodrama
adalah suatu metode dengan cara memainkan suatu peran yang menekankan
penghayatan di mana para siswa turut serta dalam memainkan peranan di dalam
mendramatisasikan masalah-masalah sosial.
3.
Penerapan Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Sebelum menerapkan metode
pembelajaran Sosiodrama/Bermain peran (Role Playing), guru hendaknya menyusun
skenario sesuai kebutuhan. Mengacu pada Rencana Proses Pembelajaran dan Silabus
yang telah disusun. Hal ini perlu agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan
menarik, mencapai sasaran dan tidak melebihi alokasi waktu yang ditentukan.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam menerapkan metode pembelajaran
Bermain peran/Sosiodrama (Role Playing) antara lain:
1)
Bila
metode sosiodrama baru diterapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru
menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaannya, dan menentukan diantara
siswa yang tepat untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu, kemudian secara
sederhana dimainkan di depan kelas.
2) Menerapkan situasi dan
masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan
latar belakang cerita yang akan diperankan tersebut sesuai dengan materi yang
akan disampaikan.
3) Pengaturan adegan dan
kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga benar-benar bisa
membangun interaksi yang lebih menarik.
4) Setelah sosiodrama itu
dalam puncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini
dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan
secara umum, sehingga penonton (siswa yang mengamati) ada kesempatan untuk berpendapat
dan menilai sosiodrama yang dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila
menemui jalan buntu.
5) Siswa diberikan kesempatan
untuk memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan kesesuaian jalannya
sosiodrama dengan materi yang sedang dibicarakan.
6) Guru menerima semua
masukan, dari siswa dan memberikan simpulan yang tepat dari pengilustrasian
materi melalui metode sosiodrama tersebut.
7) Menyelaraskan pemahaman
konsep yang dijelaskan dalam pemecahan masalah/soal yang berkaitan dengan
materi pembelajaran.
Setelah kegiatan selesai,
guru bisa memberikan contoh soal yang harus diselesaikan dengan menggunakan
konsep seperti yang telah diperagakan oleh siswa melalui metode sosiodrama
tersebut. Untuk selanjutnya bisa dievaluasi apakah metode tersebut berhasil
atau belum yang indikasinya bisa dilihat melalui kemampuan pengintegrasian
konsep yang diperagakan ke dalam masalah/soal yang harus diselesaikan.
4. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Metode Pembelajaran
Bermain peran
Prinsip dasar metode pembelajaran
bermain peran yaitu :
a. Menurut Nur (200); prinsip dasar
dalam pembelajaran bermain sebagai berikut: Setiap anggota kelompok (siswa)
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus
mengetahui bahwa semua anggota adalah tim.
c. Kelompok mempunyai tujuan yang sama.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi
tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai
evaluasi.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
bermain.
Sedangkan ciri-ciri metode pembelajaran bermain
peran adalah sebagai berikut :
a) Siswa dalam kelompok secara bermain menyelesaikan
materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender.
c) Penghargaan
lebih menekankan pada kelompok dari pada
masing-masing individu.
5. Karakteristik dan Asumsi dalam Metode Bermain Peran
Terdapat lima
karakteristik bermain peran, yaitu:
- Merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi anak.
- Didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi anak melakukan kegiatan itu atas kemauannya sendiri.
- Sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. Anak merasa bebas memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan bermainnya.
- Senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secara fisik maupun mental.
- Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampian berbahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan sebagainya.
Asumsi tersebut sebagai
antara lain:
- Bermain peran dilaksanakan berdasarkan pengalaman siswa dan isi dari pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi “disini pada saat ini”.
- Bermain peran memungkinkan siswa untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaannya untuk mengurangi beban emosional.
- Teknik bermain peran ini berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para siswa dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, siswa belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan u[5]ntuk mengembangkan dirinya secara lebih optimal lagi.
- Teknik bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui
6. Kelebihan dan kekurangan metode role playing
Seperti
metode-metode pembelajaran yang lain, metode pembelajaran Sosiodrama/Bermain
Peranan (Role Playing) juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Maksudnya, tidak
semua materi bisa menjadi lebih baik bila menggunakan metode ini, akan tetapi
harus dipilih dengan teliti oleh guru pengampu, mana yang baik menggunakan
metode ini dan mana yang tidak. Berikut saya sampaikan beberapa kelebihan dan
kekurangan dari metode pembelajaran sosiodrama/bermain peran (Role Playing).
Kelebihannya:
a)
Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan
diperankan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara
keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian,
daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
b) Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
c) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
b) Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
c) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
d)
Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya.
e) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
f) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain.
Kekurangannya:
e) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
f) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain.
Kekurangannya:
a)
Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif.
b) Banyak memakan waktu.
c) Memerlukan tempat yang cukup luas.
d) Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penonton/pengamat.
b) Banyak memakan waktu.
c) Memerlukan tempat yang cukup luas.
d) Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penonton/pengamat.
7. Cara-cara mengatasi kelemahan – kelemahan Metode bermain
peran
- Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode sosiodrama antara lain ialah :
- Guru harus menerangkan kepada siswa untuk memperkenalkan metode ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya dan siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tigas tertentu
- Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan baik dan menarik sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu.
- Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan yang pertama.
- Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan didramakan harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Oleh karena itu harus diusahakan agar para pemain berbicara dan melakukan gerakan jangan sampai banyak variasi yang kurang berguna.
8.
Tujuan Metode
Bermain Peran
( Role Playing )
Ali (2000 : 84)
menyatakan bahwa tujuan bermain peran adalah menggambarkan suatu peristiwa masa
alampau atau dapat pula cerita dimulai dengan bebagai kemungkinan yang terjadi
baik kini maupun mendatang kemudian ditunjuk beberapa siswa untuk melakukan
peran sesuai dengan tujuan cerita. Pemeran melakukan sendiri peranannya sesuai
dengan daya imajinasi tentang pokok yang diperankannya.
Mengutip
pendapat dari Subari (1994 : 93) yang menjelaskan tujuan bermain peran adalah :
- Memahami peran orang lain.
- Membagi tanggung jawab dan melaksanakannya.
- Menghargai penghayatan orang lain,
- Terlatih mengambil keputusan.
Sudjana (1989 :
90) mengemukakan bahwa tujuan bermain peran adalah:
- Agar siswa dapat menghayati perasaan orang lain.
- Dapat belajar sebagaimana membagi tanggung jawab.
- Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
- Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Lain halnya
dengan Hamalik (2002 : 138) yang mengatakan bahwa tujuan bermain peran adalah
menciptakan kembali gambaran historis masa silam, peristiwa yang mungkin
terjadi pada masa mendatang, peristiwa-peristiwa sekarang yang berarti atau
situasi-situasi bayangan pada suatu tempat dan waktu tertentu.
Sudjana (2000 :
90) menjelaskan bahwa tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat menghargai
dan menghayati perasan orang lain, memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa.
[6].
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bermain
sangatlah banyak manfaatnya, karena masa anak-anak merupakan masa bermain,
seorang guru yang tahu kalau dunia anak adalah dunia bermain, maka guru yang
profesional akan memasukkan pembelajaran sedikit demi sedikit melalui bermain,
sesuai dengan konsep ketika yaitu belajar sambil bermain, bermain seraya
berlajar ( preschool ) .
Diharapkan
guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilan bermain
sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan
sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan
nilai yang dituntut.
Dalam
pembelajaran bermain dikembangakan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar
siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling
menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling
membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun
teman lain.
B.
SARAN
Agar kegiatan belajar mengajar
berjalan efektif , maka guru harus mampu memilih metode mengajar yang paling
sesuai. Proses pembelajaran akan efektif jika berlangsung dalam situasi dan
kondisi yang kondusif, hangat, menarik, menyenangkan, dan wajar. Oleh karena
itu guru perlu memahami berbagai metode mengajar dengan berbagai
karakteristiknya, sehingga mampu memilih metode yang tepat dan mampu
menggunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan maupun
kompetensi yang diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto; Sukardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Charin, Arthur. 1993. Theaching Science Through Discovery. New York: Mcmilan Publishing Company.
Dahar. 1996. Konstruktivisme dalam Pendidikan Bahasa Indonesia. Makalah dalam forum komunikasi integrasi vertikal pendidikan sains di cisarua bogor.
Depdiknas. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas.
Oemar Hamalik. 2004. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bhakti.
Helen. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Hernawan. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kemmis & Mc. Taggart. 1994. The Action Research Planner. Geelong: Deaken University Press.
Mc Niff. 1991. Action Research: Principle an Practice. London: Macmilan.
Mikarsa. Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwadarminta. 2000. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.
Ristasa. 2009. Perspektif Pendidikan Bahasa Indonesia. Hand Out Pembimbingan TAP di UPBJJ Purwokert
Charin, Arthur. 1993. Theaching Science Through Discovery. New York: Mcmilan Publishing Company.
Dahar. 1996. Konstruktivisme dalam Pendidikan Bahasa Indonesia. Makalah dalam forum komunikasi integrasi vertikal pendidikan sains di cisarua bogor.
Depdiknas. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas.
Oemar Hamalik. 2004. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bhakti.
Helen. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Hernawan. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kemmis & Mc. Taggart. 1994. The Action Research Planner. Geelong: Deaken University Press.
Mc Niff. 1991. Action Research: Principle an Practice. London: Macmilan.
Mikarsa. Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwadarminta. 2000. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.
Ristasa. 2009. Perspektif Pendidikan Bahasa Indonesia. Hand Out Pembimbingan TAP di UPBJJ Purwokert
[2] Roestiyah, Strategi
Belajar Mengajar, ( Jakarta : Rineka Cipta. 2007), Hal. 20-22
[4] Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, (Surabaya:Rineka Cipta.2007), Hal. 102-104
[5] Imansyah Alipandie, Didaktik
Metodik, (Surabaya: Usaha Nasional, tt), hal. 120-122
[6] W. Gulo, Strategi Belajar
Mengajar, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), hal.144-145
Pylon Sign menjadi pilihan utama suatu perusahaan karena pylon sign merupakan suatu reklame besar yang digunakan sebagai media iklan atau promosi suatu barang atau jasa. Rangka pylon sign biasanya terbuat dari besi hollow atau besi dengan ukuran yang lebih besar dengan spek khusus. Selain sebagai media promosi Pylon Sign kerap di gunakan sebagai media petunjuk entrance atau exit ke lokasi bisnis seperti hotel, mall, atau kompleks perkantoran. Pylon Sign juga dapat dikombinasikan dengan Lampu LED dan Running Text.
BalasHapusKami CV. Bahagia Sukses Makmur menyediakan jasa pembuatan Pylon Sign dengan varian harga yang berbeda beda sesuai dengan bahan yang dibutuhkan.
Untuk informasi pemesanan bisa hubungi no telepon di bawah ini
Telp / Wa : 0813 1614 0397
Alamat kantor : Jl. Cendana Raya No. 15 A Bencongan Indah, Karawaci, Tangerang
https://jasapembuatantotemjakarta.blogspot.com/
#jasapembuatanpylonsign
#jasapembuatantotem
#jualpylonsigntangerang
#jualpylonsignjakarta
#jualpylonsignkarawaci
#jualpylonsignjabodetabek
#jualjasapembuatanpylonsignjakarta
#jualtotemtangerang
#jualtotemjakarta
#jualtotembekasi
#jualpylonsignmurah