Minggu, 23 Maret 2014

Tafsir Ayat-Ayat Tentang Hubungan Orang Tua Dan Anak



BAB II
 PEMBAHASAN

Tafsir  Ayat-Ayat Tentang Hubungan Orang Tua Dan Anak

A.    Al-Isra ` ( 17 ) ayat 23-34

a.      Al- isra ayat 23



Artinya  :
            “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

 Mufradat

وَقَضَى

:

Dan telah memerintahkan
إِحْسَانًا

:

berbuat baik
                              وَلاَ تَنْهَرْهُمَا   :   dan janganlah kamu membentak

                                      قَوْلاً كَرِيمًا   :   perkataan yang mulia 
                                                                        
                                            لارَبُّكَ        :  ( tuhanmu supaya jangannlah )
              إِحْسَانًا وَبِالْوَالِدَيْ : pada ibu bapak kalian dengan sebaik baiknya
    أَحَدُهُمَا الْكِبَرَ  عِنْدَكَ يَبْلُغَنَّ  إِمَّا   : jika salah seorang seorang di antara keduanya                                                                    
                                                                   Sampai berumur lanjut dalam pemeliharanmu
                     كِلاهُمَا أَوْ  : atau kedua-duanya

               فٍّ لَهُمَا تَقُلْ فَلا  : Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan “ah”       
                                                                    kepada keduanya                      
                                  تَنْهَرْهُمَا   أُوَلا    : dan jangan sekali kamu menbentak mereka
         
             كَرِيمًا  قَوْلا  لَهُمَا   وَقُلْ : dan ucaplah kepada mereka dengan perkataan yang
                                                                    mulia
     


Tafsir surah al-isra ayat 23

          Ayat ini dimulai dengan menegaskan ketetapan yang merupakan perintah Allah untuk mengesakan Allah dalam beribadah, mengikhlaskan diri dan tidak mempersetukutukan-nya. Keyakinan akakn keesaan Allah serta kewajiban mengikhlaskan diri kepada-nya adalah dasar yang nadanya bertitik  tolak segala kegiatan. Kewajiban pertama dan utama setelah kewajiban mengesakan Allah beribadah kepada-nYa adalah berbakti kepada orang tua. 

          Al-Quran menggunakan insane untuk dua hal.  Pertama, member n ikmat kepada orang lain. Dan kedua perbuatan baik. Karena itu kata ihsan lebih luas dari sekedar member nikmat atau nafkah. Maknanya bahkan lebih tinggi dan dalam daripada kandungan makna adil, karena adil adalah memperlakukan orang lain sama dengan perlakuannya kepada anda. Sedangkan ihsan, memperlakukan orang lain lebih dari perlakuannya kepada anda. Adil adalah mengambil semua hak anda dan atau member semua hak kepada orang lain.

          Sedangkan insan adalah memberi lebih banyak daripada yang harus anda beri dan mengambil lebih sedikik dari yang seharusnya anda ambil. Karena itu pula, rasul SAW berpesan kepada seorang yang mengadu kepada beliau bahwa orang tuanya mengambil hartanta: “ eungkau dan hartamu adalah milik milik ayahmu” ( HR. Abu Daud )

          Insan ( bakti ) kepada orang tua yang diperintahkan agama islam, adalah  bersikap sopan kepada keduanya dalam ucapan dan perbuatan sesuai dengan adat dan kebiasaan masyrakat, sehingga merasa senang terhadap kita, serta mencukupi kebutuhan-kebutuhan mereka yang sah dan wajar sesuai dengan kemampuan kita.

          Kata karim biasa diterjemahkan dengan mulia, kata ini bila dakaitkan ke rezki rizqun karim maka yang di maksud adalah rezki yang halal dalam perolehan dan pemamfaatkan serta memuaskan dalam kualitas dan kuantitasnya. Bila kata karim dikaitkan dengan akhlak menghadapi orang lain, maka ia bermakna pemaafan.

          Ayat di atas menuntut agar apa apa yang di sampaikan kepada orang tua bukan saja yang benar dan tepat, bukan saja yang sesuai dengan adat kebiasaan yang baik dalam suatu masyarakat, tetapi juga harus berbuat dan termulia, dan kalaupun seandainya orang tua melakukan sesuatu “kesalahan” terhadap anak, maka kesalahan itu harus di anggap  tidak ada/dimaafkan kerena tidak ada orang tua yang bermaksud buruk terhadap anaknya. Demikianlah makna kariman yang di pesankan kepada anak dalam menghadapi orang tua .



b.      Al-isra ayat 24






Artinya          :
               Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil
".

   mufradat

    الذُّلِّ جَنَاحَ لَهُمَا وَاخْفِضْ    :  dan rendahkanlh drimu terhadap mereka berdua
                 الرَّحْمَةِ  مِنَ : dengan penuh kasih sayang
             كَمَا ارْحَمْهُمَا رَبِّ  وَقُلْ : dan ucapkanlah: “ wahai tuhanku, kasihanilah mereka             [1]
                                                              sebagaimana 
                 صَغِيرًا  رَبَّيَانِي  : mereka berdua mendidik aku sejak kecil
                                                    

Tafsir

Ayat-ayat ini masih lanjutan tuntunan bakti kepada ibu bapak. Tuntunan kali ini melebihi dalam peringkatnya dengan tuntunan yang lalu. Ayat ini memerintahkan anak bahwa, dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua didorong oleh karena rahmat kasih sayang kepada keduanya, bukan karena takut atau malu dicela orang bila tidak menghormatinya dan ucapkanlah, yakni berdo’alah secara tulus: “Wahai Tuhanku, Yank memelihara dan mendidik aku antara lain dengan menanamkan kasih pada ibu bapakku, kasihilah mereka keduanya, disebabkan karena atau sebagaimana mereka berdua telah melimpahkan kasih kepadaku antara lain dengan mendidikku waktu kecil.”
          Ketika menafsirkan QS. Al-Hijr [15]: 88, antara lain penulis uraikan bahwa kata janah pada mulanya berarti sayap. Seekor burung merendahkan sayapnya pada saat ia hendak mendekat dan bercumbu dengan betinanya, demikian juga bila ia melindungi anak-anaknya. Sayapnya terus dikembangkan dengan merendah dan merangkul, serta tidak beranjak meninggalkan tempat dalam keadaan demikian sampai berlalunya bahaya. Dari sisi ungkapan itu dipahami dalam arti kerendahan hati, hubungan harmonis serta perlindungan dan ketabahan.
          Ayat-ayat di atas tidak membedakan ibu dan bapak. Memang dasarnya ibu hendaknya didahulukan atas ayah, tetapi ini tidak selalu demikian. Thahir Ibn ‘Asyur menulis bahwa Imam Syafi’I pada dasarnya mempersamakan keduanya, sehingga bila    ada salah satu yang hendak didahulukan, maka sang anak hendaknya mencari factor-faktor enguat yang mengisyaratkan perbandingan hak ibu dengan bapak sebagai tiga disbanding satu, namun penerapannya pun harus setelah memperhatikan factor-faktor dimaksud.[2]




B.     Lukman ( 31 ) ayat 14-15

a.  Lukman ayat 14




Artinya:
              “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”







mufradat

         
وَوَصَّيْنَا                   : dan kami perintahkan
حَمَلَتْهُ أُمُّه                   :  ibunya telah engandungnya
                      وَهْنًا عَلَى وَهْن    :  keadaan lemah yang bertambah-tambah
                                 فِي عَامَيْنِ  :   dalam dua tahun
Tafsir

            Ayat di atas dan ayat berikut dinlai oleh banyak ulama bukan dari pengajaran Luqman kepada anaknya. Ia disisipkan al-Qur’an untuk menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengangungan kepada Allah SWT. Al-Qur’an sering kali menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah berbakti kepada kedua orang tua.
              Allah menggambarkan betapa Dia sejak dini telah melipahkan anugrah kepada  hamba-hamba-Nya dengan mewasiatkan anak agar berbakti kepada kedua orang tuannya. Dengan demikian, anugrah ini mencakup Luqman sebagai ganjalan atas perhatiannya memulai nasihatnya kepada anaknya agar memperhatikan hak Allah, jangan sampai dipersekutukan. Di sini Allah menunjukkan bahwa Dia bersegera mendahului siapa pun untuk  memberi anugrah kebajikan terhadap siapa yang memberi perhatian terhadap hak-Nya. Pendapat ini.
              Kata wahnan berarti kelemahan atau kerapuhan. Kata yang digunakan ayat ini mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan bagaikan kelemahan sendiri. Yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan telah menyatu pada dirinya dan dipikulnya.
              Firman-Nya wa fishaluhu fi amain mengisyaratkan betapa penyusunan anak sanggat penting dilakukan oleh ibu kandung. Tujuan penyusunan ini bukan sekedar untuk memelihara kalangsungan hidup anak, tetapi juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuhkan perkembangan anak dalam kondisi fisik dan psikis yang prima.
              Diantara hal yang menarik dari pesan-pesan ayat di atas dan ayat sebelumnya adalah bahwa masing-masing pesan disertai dengan argumennya: jangan mempersukutukannya Allah, sesungguhnya mempersukutukannya adlah penganiayaan yang besar. sedang ketika mewasiati anak menyangkut orang tuanya di tekannya bahwa: ibunya telah mengandungnya dalam keadaan kelemahan diatas kelemahan dan penyapihannya di dalam dua tahun. Demikianlah seharusnya materi petunjuk atau  materi pendidikan yang disajikan. Ia dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau dapat dibuktikan oleh manusia melalui penalaran akalnya.  Metode ini bertujuan agar manusia merasa memilikinya dan bertangung jawab mempertahankan.
              Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada orangtua, lebih-lebih kepada Ibu yang telah mengandung. Ayat ini tidak menyebut jasa Bapak, tetapi menekankan pada jasa Ibu. Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena kelemahan Ibu, berbeda dengan Bapak. Di sisi lain,,” peranana Bapak” dalam konteks kelahiran anak, lebih ringan dibanding               dengan peranan Ibu. Betapapun peranan tidak sebesar peranan ibu dalam proses kelahiran anak, namun jasanya tidak diabaikan karena itu anak berkewajiban berdoa untuk ayahya, sebagai berdoa untuk ibunya. Karena begitu besar jasa Ibu, dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa: Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?" Nabi Saw menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu." (Mutafaq'alaih).

              Karena itulah, setiap anak harus menyadari perjuangan dan susah payah orangtuanya. Di samping harus taat kepada ajaran agama, berbakti kepada kedua orang tua, juga harus berusah keras belajar dan menunut ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu agama, sehingga mereka bersama-sama kedua orang tuanya memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagian di akhirat kelak.
Dalam surah lain pula disebutkan seperti surah al-Baqarah:83, an-Nisa:36, al-An’am:151, dan al-Isra’:23 membahas tentang perlunya berbakti kepada orang tua. Sedangkan surah Luqman menyampaikan pesan untuk berbkati kepada orangtua dalam bentuk perintah Allah.










b.      Lukman ayat 15




Artinya:
                  “ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “


   Tafsir

              Kata jahadaka digunakan untuk menggambarkan adanya upaya sungguh-sungguh. Kalau upaya sungguh-sungguh. Kalau upaya sungguh-sungguh pun di larangnya, yang dalam hal ini bisa dalam bentuk ancaman, maka tentu lebih-lebih lagi bila sekedar himbauan atau peringatan .
              Kata ma`rufan mencakup segala hal yang dinilai oleh masyarakat baik,  selama tidak bertentangan dengan akidah islamiyah. Diriwayatkan bahwa asma putrid abu bakar ra pernah didatangani oleh ibunya yang ketika itu masih musrikah. Asma` bertanya kepada nabi begaimana seharusnya ia bersikap. Maka rasul saw memerintahkan untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan memberikannya hadiah serta mengunjungi dan menyambut kedatanganya.
              Allah selanjutnya berpesan agar setiap orang menyertai ibu bapaknya dalam urusan-urusan keduniaan, dengan cara baik,  sesuai dengan pergaulan yang dikenal sambil memperhatikan kondisi keduanya dengan lemah lembut tanpa kekesaran.  Anak juga harus memikul beban yang dipikulnya ke atas pundaknya oleh kedua ibu bapaknya itu, karena dunia tiada lain kecuali hari-hari yang terbatas dan masa yang berlalu. Dengan demikian, kata ad-dunya mengandung pesan, yang pertama, bahwa mempengauli dengan baik itu,  hanya dalam urusan ke duniaan,  bukan keagamaan.    Kedua, bertujuan meringankan beban tugas itu,  karena ia hanya untuk sementara yakni selama hidup di dunia. Dan yang ketiga bertujuan menperhadapkan kata dunia dengan hari kembali kepada Allah yang dinyatakan di atas dengan kalimat hanya kepada-ku kamu kembali.
              Ayat di atas menyatakan bahwa jika orang tua memask untuk mempersekutukan Allah, maka janganlah mematuhinya. Setiap perintah untuk perbuatan maksiat,maka tidak boleh ditaati.namun demikian, jangan memutuskan hubungam sitalurahmi dengan tetaplah menghormatinya sebagai orang tua.berbaktilah kepada mereka sepanjang tidak menyimpang dari ajaran Agama dan bergaullah dengan mereka menyangkut keduniaan, bukan aqidah. Dalam surah al-Ankabut: 8, Artinya: “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.”

              Hukum ini berlaku untuk seluruh Umat Nabi Muhammad, yaitu melarang ketaatan anak untuk mengikuti kehendak orangtuanya yang bertentangan dengan ajaran agama.

              Dan juga sebagaimana dalan sebuah riwayat bahwa Asma’ Putri Sayyidina Abu Bakr ra. Pernah didatangi oleh ibunya yang ketika itu masih musyrikah, Asma’ bertanya kepada nabi bagaimana seharusnya ia bersikap, maka Rasul saw memerintahkannya untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan memberinya hadiah serta mengunjungi dan menyambut kujungannya.