BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Hubungan Orang Tua Dan Anak
A.
Al-Isra
` ( 17 ) ayat 23-34
a.
Al-
isra ayat 23
Artinya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Mufradat
وَقَضَى
|
:
|
Dan telah memerintahkan
|
إِحْسَانًا
|
:
|
berbuat baik
|
وَلاَ تَنْهَرْهُمَا : dan janganlah kamu membentak
قَوْلاً كَرِيمًا : perkataan yang mulia
لارَبُّكَ : ( tuhanmu supaya jangannlah )
إِحْسَانًا وَبِالْوَالِدَيْ : pada ibu bapak kalian dengan sebaik baiknya
أَحَدُهُمَا الْكِبَرَ عِنْدَكَ
يَبْلُغَنَّ إِمَّا : jika salah seorang seorang di antara keduanya
Sampai berumur lanjut dalam pemeliharanmu
كِلاهُمَا أَوْ : atau kedua-duanya
فٍّ لَهُمَا
تَقُلْ فَلا : Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan “ah”
kepada keduanya
kepada keduanya
تَنْهَرْهُمَا أُوَلا : dan jangan sekali kamu
menbentak mereka
كَرِيمًا قَوْلا لَهُمَا وَقُلْ : dan
ucaplah kepada mereka dengan perkataan yang
mulia
mulia
Tafsir
surah al-isra ayat 23
Ayat
ini dimulai dengan menegaskan ketetapan yang merupakan perintah Allah untuk mengesakan
Allah dalam beribadah, mengikhlaskan diri dan tidak mempersetukutukan-nya.
Keyakinan akakn keesaan Allah serta kewajiban mengikhlaskan diri kepada-nya
adalah dasar yang nadanya bertitik tolak
segala kegiatan. Kewajiban pertama dan utama setelah kewajiban mengesakan Allah
beribadah kepada-nYa adalah berbakti kepada orang tua.
Al-Quran
menggunakan insane untuk dua hal.
Pertama, member n ikmat kepada orang lain. Dan kedua perbuatan baik.
Karena itu kata ihsan lebih luas dari sekedar member nikmat atau nafkah.
Maknanya bahkan lebih tinggi dan dalam daripada kandungan makna adil, karena
adil adalah memperlakukan orang lain sama dengan perlakuannya kepada anda.
Sedangkan ihsan, memperlakukan orang lain lebih dari perlakuannya kepada anda.
Adil adalah mengambil semua hak anda dan atau member semua hak kepada orang
lain.
Sedangkan
insan adalah memberi lebih banyak daripada yang harus anda beri dan mengambil
lebih sedikik dari yang seharusnya anda ambil. Karena itu pula, rasul SAW
berpesan kepada seorang yang mengadu kepada beliau bahwa orang tuanya mengambil
hartanta: “ eungkau dan hartamu adalah milik milik ayahmu” ( HR. Abu Daud )
Insan
( bakti ) kepada orang tua yang diperintahkan agama islam, adalah bersikap sopan kepada keduanya dalam ucapan
dan perbuatan sesuai dengan adat dan kebiasaan masyrakat, sehingga merasa
senang terhadap kita, serta mencukupi kebutuhan-kebutuhan mereka yang sah dan
wajar sesuai dengan kemampuan kita.
Kata
karim biasa diterjemahkan dengan mulia, kata ini bila dakaitkan ke rezki rizqun
karim maka yang di maksud adalah rezki yang halal dalam perolehan dan
pemamfaatkan serta memuaskan dalam kualitas dan kuantitasnya. Bila kata karim
dikaitkan dengan akhlak menghadapi orang lain, maka ia bermakna pemaafan.
Ayat
di atas menuntut agar apa apa yang di sampaikan kepada orang tua bukan saja
yang benar dan tepat, bukan saja yang sesuai dengan adat kebiasaan yang baik
dalam suatu masyarakat, tetapi juga harus berbuat dan termulia, dan kalaupun
seandainya orang tua melakukan sesuatu “kesalahan” terhadap anak, maka
kesalahan itu harus di anggap tidak
ada/dimaafkan kerena tidak ada orang tua yang bermaksud buruk terhadap anaknya.
Demikianlah makna kariman yang di pesankan kepada anak dalam menghadapi orang
tua .
b.
Al-isra
ayat 24
Artinya :
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
mufradat
الذُّلِّ جَنَاحَ لَهُمَا وَاخْفِضْ : dan rendahkanlh drimu terhadap mereka berdua
الرَّحْمَةِ مِنَ : dengan penuh kasih sayang
كَمَا ارْحَمْهُمَا رَبِّ وَقُلْ : dan ucapkanlah: “ wahai tuhanku, kasihanilah mereka [1]
sebagaimana
sebagaimana
صَغِيرًا رَبَّيَانِي : mereka
berdua mendidik aku sejak kecil
Tafsir
Ayat-ayat ini masih lanjutan tuntunan bakti kepada ibu bapak.
Tuntunan kali ini melebihi dalam peringkatnya dengan tuntunan yang lalu. Ayat
ini memerintahkan anak bahwa, dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua didorong oleh karena rahmat kasih sayang kepada
keduanya, bukan karena takut atau malu dicela orang bila tidak menghormatinya dan ucapkanlah, yakni berdo’alah secara
tulus: “Wahai Tuhanku, Yank
memelihara dan mendidik aku antara lain dengan menanamkan kasih pada ibu
bapakku, kasihilah mereka keduanya, disebabkan karena atau
sebagaimana mereka berdua telah
melimpahkan kasih kepadaku antara lain dengan mendidikku waktu kecil.”
Ketika menafsirkan
QS. Al-Hijr [15]: 88, antara lain penulis uraikan bahwa kata janah pada mulanya berarti sayap. Seekor burung merendahkan
sayapnya pada saat ia hendak mendekat dan bercumbu dengan betinanya, demikian
juga bila ia melindungi anak-anaknya. Sayapnya terus dikembangkan dengan
merendah dan merangkul, serta tidak beranjak meninggalkan tempat dalam keadaan
demikian sampai berlalunya bahaya. Dari sisi ungkapan itu dipahami dalam arti
kerendahan hati, hubungan harmonis serta perlindungan dan ketabahan.
Ayat-ayat di atas
tidak membedakan ibu dan bapak. Memang dasarnya ibu hendaknya didahulukan atas
ayah, tetapi ini tidak selalu demikian. Thahir Ibn ‘Asyur menulis bahwa Imam
Syafi’I pada dasarnya mempersamakan keduanya, sehingga bila ada salah satu yang hendak didahulukan, maka
sang anak hendaknya mencari factor-faktor enguat yang mengisyaratkan
perbandingan hak ibu dengan bapak sebagai tiga disbanding satu, namun
penerapannya pun harus setelah memperhatikan factor-faktor dimaksud.[2]
B.
Lukman
( 31 ) ayat 14-15
a. Lukman ayat 14
Artinya:
“ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
mufradat
وَوَصَّيْنَا : dan kami perintahkan
حَمَلَتْهُ
أُمُّه : ibunya
telah engandungnya
وَهْنًا عَلَى وَهْن :
keadaan lemah yang bertambah-tambah
فِي عَامَيْنِ : dalam dua tahun
Tafsir
Ayat di atas dan
ayat berikut dinlai oleh banyak ulama bukan dari pengajaran Luqman kepada
anaknya. Ia disisipkan al-Qur’an untuk menunjukkan betapa penghormatan dan
kebaktian kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengangungan
kepada Allah SWT. Al-Qur’an sering kali menggandengkan perintah menyembah Allah
dan perintah berbakti kepada kedua orang tua.
Allah
menggambarkan betapa Dia sejak dini telah melipahkan anugrah kepada hamba-hamba-Nya dengan mewasiatkan anak agar
berbakti kepada kedua orang tuannya. Dengan demikian, anugrah ini mencakup
Luqman sebagai ganjalan atas perhatiannya memulai nasihatnya kepada anaknya
agar memperhatikan hak Allah, jangan sampai dipersekutukan. Di sini Allah
menunjukkan bahwa Dia bersegera mendahului siapa pun untuk memberi anugrah kebajikan terhadap siapa yang
memberi perhatian terhadap hak-Nya. Pendapat ini.
Kata wahnan
berarti kelemahan atau kerapuhan. Kata yang digunakan ayat ini mengisyaratkan
betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan bagaikan kelemahan
sendiri. Yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan telah menyatu
pada dirinya dan dipikulnya.
Firman-Nya wa
fishaluhu fi amain mengisyaratkan betapa penyusunan anak sanggat penting
dilakukan oleh ibu kandung. Tujuan penyusunan ini bukan sekedar untuk
memelihara kalangsungan hidup anak, tetapi juga bahkan lebih-lebih untuk
menumbuhkan perkembangan anak dalam kondisi fisik dan psikis yang prima.
Diantara hal
yang menarik dari pesan-pesan ayat di atas dan ayat sebelumnya adalah bahwa
masing-masing pesan disertai dengan argumennya: jangan mempersukutukannya Allah, sesungguhnya mempersukutukannya adlah
penganiayaan yang besar. sedang ketika mewasiati anak menyangkut orang
tuanya di tekannya bahwa: ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan kelemahan diatas kelemahan dan penyapihannya di
dalam dua tahun. Demikianlah seharusnya materi petunjuk atau materi pendidikan yang disajikan. Ia
dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau dapat
dibuktikan oleh manusia melalui penalaran akalnya. Metode ini bertujuan agar manusia merasa
memilikinya dan bertangung jawab mempertahankan.
Bahwa Allah memerintahkan kepada
manusia agar berbakti kepada orangtua, lebih-lebih kepada Ibu yang telah
mengandung. Ayat ini tidak menyebut jasa Bapak, tetapi menekankan pada jasa
Ibu. Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak
karena kelemahan Ibu, berbeda dengan Bapak. Di sisi lain,,” peranana Bapak”
dalam konteks kelahiran anak, lebih ringan dibanding dengan peranan Ibu. Betapapun peranan tidak sebesar
peranan ibu dalam proses kelahiran anak, namun jasanya tidak diabaikan karena
itu anak berkewajiban berdoa untuk ayahya, sebagai berdoa untuk ibunya. Karena
begitu besar jasa Ibu, dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa: Seorang sahabat
bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan
dan persahabatanku?" Nabi Saw menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu,
kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat
kepadamu." (Mutafaq'alaih).
Karena itulah, setiap anak harus menyadari perjuangan dan susah payah orangtuanya. Di samping harus taat kepada ajaran agama, berbakti kepada kedua orang tua, juga harus berusah keras belajar dan menunut ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu agama, sehingga mereka bersama-sama kedua orang tuanya memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagian di akhirat kelak.
Dalam surah lain pula disebutkan seperti surah al-Baqarah:83, an-Nisa:36, al-An’am:151, dan al-Isra’:23 membahas tentang perlunya berbakti kepada orang tua. Sedangkan surah Luqman menyampaikan pesan untuk berbkati kepada orangtua dalam bentuk perintah Allah.
b.
Lukman
ayat 15
Artinya:
“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “
Tafsir
Kata jahadaka digunakan untuk
menggambarkan adanya upaya sungguh-sungguh. Kalau upaya sungguh-sungguh. Kalau
upaya sungguh-sungguh pun di larangnya, yang dalam hal ini bisa dalam bentuk
ancaman, maka tentu lebih-lebih lagi bila sekedar himbauan atau peringatan .
Kata ma`rufan mencakup segala hal
yang dinilai oleh masyarakat baik,
selama tidak bertentangan dengan akidah islamiyah. Diriwayatkan bahwa
asma putrid abu bakar ra pernah didatangani oleh ibunya yang ketika itu masih
musrikah. Asma` bertanya kepada nabi begaimana seharusnya ia bersikap. Maka
rasul saw memerintahkan untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan
memberikannya hadiah serta mengunjungi dan menyambut kedatanganya.
Allah selanjutnya berpesan agar
setiap orang menyertai ibu bapaknya dalam urusan-urusan keduniaan, dengan cara
baik, sesuai dengan pergaulan yang
dikenal sambil memperhatikan kondisi keduanya dengan lemah lembut tanpa
kekesaran. Anak juga harus memikul beban
yang dipikulnya ke atas pundaknya oleh kedua ibu bapaknya itu, karena dunia
tiada lain kecuali hari-hari yang terbatas dan masa yang berlalu. Dengan
demikian, kata ad-dunya mengandung
pesan, yang pertama, bahwa
mempengauli dengan baik itu, hanya dalam
urusan ke duniaan, bukan keagamaan. Kedua, bertujuan meringankan beban tugas
itu, karena ia hanya untuk sementara
yakni selama hidup di dunia. Dan yang ketiga
bertujuan menperhadapkan kata dunia dengan hari kembali kepada Allah yang dinyatakan di atas dengan kalimat hanya kepada-ku kamu kembali.
Ayat di atas menyatakan bahwa jika
orang tua memask untuk mempersekutukan Allah, maka janganlah mematuhinya.
Setiap perintah untuk perbuatan maksiat,maka tidak boleh ditaati.namun
demikian, jangan memutuskan hubungam sitalurahmi dengan tetaplah menghormatinya
sebagai orang tua.berbaktilah kepada mereka sepanjang tidak menyimpang dari
ajaran Agama dan bergaullah dengan mereka menyangkut keduniaan, bukan aqidah.
Dalam surah al-Ankabut: 8, Artinya: “Dan kami wajibkan manusia (berbuat)
kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.”
Hukum ini berlaku untuk seluruh Umat Nabi Muhammad, yaitu melarang ketaatan anak untuk mengikuti kehendak orangtuanya yang bertentangan dengan ajaran agama.
Dan juga sebagaimana dalan sebuah riwayat bahwa Asma’ Putri Sayyidina Abu Bakr ra. Pernah didatangi oleh ibunya yang ketika itu masih musyrikah, Asma’ bertanya kepada nabi bagaimana seharusnya ia bersikap, maka Rasul saw memerintahkannya untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan memberinya hadiah serta mengunjungi dan menyambut kujungannya.